Santri diatas Pelangi
by: imam mukhlasun
tetesan air
hujan membasahi ratusan sandal yang tersusun di depan masjid tempat para santri
bangun dan memenuhi kewajiban seorang hamba pada penciptanya, sebelum mentari
terbit mereka sudah meramaikan masjid dengan bacaan-bacaan qur’an,
nadzom-nadzom, dan berbagai hafalan- hafalan yang mereka setorkan pada pak kyai,
dan para dewan asatidz yang mereka harapkan barokah ilmunya. Pagi itu
terlihat seakan- akan mentari hendak memotret para santri yang sudah siap
berangkat ke madrasah, ada yang mengenakan seragam hitam putih dilengkapi
kopiyah hitam, sepatu dan dasi. Mereka Nampak tampan dan menawan, terlebih saat
mereka berbaris ketika hendak
berdoa berjamaah sebelum berangkat belajar. "hey..ayo semuanya 10 menit lagi
lonceng berbunyi, jangan sampai kita terlambat" ajak ipul pada teman temanya
untuk bersiap siap. David saiful anam adalah nama lengkapnya, santri paling
aktif dipesantren, ia
terlahir dari orang tua berprofesi petani, anak kecil yang sederhana, memiliki loyalitas yang
tinggi,. Walaupun ia tidak sepintar teman-teman sekelasnya ia sama sekali tidak
malu untuk bertanya bila ada materi yang tidak ia ketahui. Terlihat disana para
guru yang sedang menunggu kedatangan para santri, mereka menyambut para santridengan
senyuman yang sangat kharismatik dan membuat para santri selalu ingin berangkat
lebih awal dari santri-santri yang lain. “Teeng…teeeng….teeng…” lonceng kelas
sudah dibunyikan para santri tiada lagi yang terlihat diluar kelas, suara doa dan
beragam nadzhom-nadzhom kitab seperti kitab jurumiyah, ‘imriti, dan alfiyah pun
bergemuruh menyelimuti suasana madrasah sembari menunggu kedatangan para guru
yang hendak memberikan ilmunya.
“Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh” dengan senyum pak hasan
memberi salam kepada para santri yang sangat menghormati dan mengagumi beliau, beliau adalah santri yang
mampu menyelesaikan jenjang pendidikanya di universitas al azhar kairo mesir,
universitas islam terbesar didunia.selain tutur kata beliau yang baik, beliau
juga sosok yang selalu memberi tauladan yang baik bagi para santri. Semua
santri sangat khidmad ketika beliau menerangkan materi sejarah kebudayaan
islam,dan ipul adalah salah satu santri yang sangat di sukai para guru dan
terlebih pak hasan guru sejarah kebudayaan islam, guru demi guru mengajarkan
materinya masing-masing,sampai tiba pukul
15:00 waktu para santri pulang ke asrama, biasanya ipul pulang selalu bersama
dengan tiga sahabatnya, yaitu ramadhani, Mahmud, dan ilham. Kekompakan dan kesolidaritasan
mereka laksana tim hero dalam film the fantastic four, mereka tidak pernah
menyakiti satu sama lain, walaupun perbedaan pendapat pasti hadir
ditengah-tengah mereka. Sehari sudah mereka melaksanakan kegiatan pesantren, sampai
tiba saat sinar mentari mulai melambaikan cahayanya dibalik gedung dan
pepohonan pesantren tercinta, suara adzan maghrib yang merdu nan syahdu
dikumandangkan oleh Mahmud yang
seakan-akan merangkul jiwa para santri , seluruh santri diimami oleh pak
kyai melaksanakan sholat maghrib berjamaah menghadap sang maha agung, tiada
lagi santri miskin dan kaya, lemah dan kuat, semua sama saat kening mereka
bersujud di atas bumi. Bacaan surah yasin, Lafadz dzikir dan do’amereka
panjatkan, di tutup dengan lantunan asmaul husna yang mereka bacakan dengan
serempak.Setelah selesai rangkaian ibadah sholat maghrib, para santri dengan
rapi keluar dari masjid. “loh, mud sandalku kemana ya?” Tanya ipul pada Mahmud.
“loh, sandalku juga gak ada” saut ilham kebingungan. “wah jangan-jangan ulah si
nipos lagi nih” jawab si ilham dengan yakin. Amin nipos adalah teman sekelas ipul di madrasah, orangnya jail dan suka
mengganggu temanya. “hey, itu sandal kalian di pohon nangka” kata si
amin nipos sambil meledek mereka. Terlihat dipohon nangka benar-benar sandal
ipul dan ilham terikat tepat dibuah
nangka yang masih tergantung. Begitulah ulah jail si amin nipos pada ipul dan
kawan-kawan, biasanya si amin tidak sendirian ia ditemani dua orang temanya
yaitu tiyan, dan royan yang selalu membuat rencana-rencana jail pada ipul.Seluruh
kegiatan pesantren telah usai, tiba waktu para santri untuk beristirahat dan
menyiapkan diri untuk kegiatan dikeesokan harinya.Hari demi hari, minggu demi
minggu, mereka lewati dengan senang hati. Seperti biasa, waktu hari libur tiba ipul, rama, Mahmud, dan ilham berkumpul
digubuk kecil pesantren yang biasa digunakan untuk kegiatan syawir kakak kelas
mereka, “ hey ada pelangi..” ujar si ipul. “oh, iya indah sekali pelangi itu
kemana arahnya ya ? Tanya si ilham. “kalau menurutku itu kearah amerika” jawab
si rama. Bukan itu kearah barad, mugkin itu kearah mesir.” Jawab si ipul. “
ahh.. bukan itu kearah rumah saya..hhh” si Mahmud membuat teman- temanya
tertawa. “oh iya..ilham, kelak kalau kamu udah besar kamu mau jadi apa? Tanya
si ipul, “mau jadi seperti pak amir, yang bisa jalan-jalan terus sama pak kyai ke
tempat pengajian, pertemuan para kyai, walaupun Cuma jadi sopir pak kyai yang
penting bisa deket pak kyai” jawab ilham dengan penuh harap. “mantap,kalau kamu
rama?”Tanya si ipul.”kalau aku mau jadi seperti pak firman, yang setiap hari bertugas didepan
computer, bikin surat-surat, mendisain banner, dan banyaklah pokoknya” jawab si
rama dengan yakin. “keren, trus kalau kamu mud” Tanya si ipul sambil menahan
tawa. “mmm..kalau aku pengen jadi kayak bapak, yang giat bekerja dan bisa cari
uang yang buuanyak, bisa buat beli es, roti, nabati, susu, krupuk, lanting, dan
sekalian penjualnya kang eko biar bisa jualan dirumahku ”jawab si Mahmud dengan
penuh keyakinan. Hujan tawa pun banjir ditengah-tengah mereka. “oh iya, kalau
kamu sendiri pul?” Tanya si ilham. “kalau aku mau jadi kaya pak hasan, bisa
sekolah keluar negri, mengajar di sekolah- sekolah, dan jadi orang yang
bermanfaat bila sudah besar nanti.” Amiiin..”jawab mereka kompak. “ kalau
begitu, kita catat impian kita hari ini di atas pelangi yang indah itu, yakin
bahwa kita bisa menggapainya di suatu hari nanti.” Kata si ipul memotivasi teman- temanya. Hari
hari mereka lewati bersama dengan penuh warna.suatu ketika pak hasan memanggil
ipul ke kamar asatidzuntuk memberi sesuatu
karena kebaikan dan kepatuhanya selama belajar .“assalamualaikum..” ipul
menyapa para asatidz yang ada didalam kamar. “oh, kamu ditunggu pak hasan di
belakang beliau sedang menyemir sepatu” tunjuk pak firman kearah belakang.
Bergegas ipul menuju kearah pak hasan berada. “maaf pak hasan, apa bapak
manggil saya?” Tanya si ipul. “oh, iya saya manggil kamu, mm..lihat sepatu ini
kayak baru lagi ya..”ujar pak hasan. “iya pak, seperti baru dibuka dari kotak”
kata si ipul. “ ini bapak beli di sebrang samudra sana” kata pak hasan dengan
tersenyum kecil. “haa..dimana pak ? dijawa, dikalimantan, di bali atau…”.
“dikairo mesir” sabung pak hasan sambil tersenyum. “dikairo pak!?...serius”
Tanya si ipul penasaran.”iya, bapak membelinya saat masih kuliyah disana” jawab
pak hasan. “wahh, gimana rasanya kuliyah disana pak” Tanya ipul penasaran. “
kelak kamu sendiri yang menjawabnya.” Jawab pak hasan dengan santai.“sepatu ini
sudah gak muat lagi dengan bapak, jika kamu mau ambilah sepatu ini” pak hasan
memberikan sepatunya pada ipul. “ini beneran pak, serius, gak
mimpi..alhamdulillaahhh…” ujar si ipul dengan melompat-lompat kegirangan. “di
coba dulu ipul, siapa tahu gak pas” kata pak hasan. Ipul pun mencoba sepatu
barunya dengan senang hati “lah, kebesaran pak, besar banget” kata si ipul.
“nah kan bener, hehehe.” Kata pak hasan sambil tertawa. “tapi gak papa pak,
nanti makeknya kalau ipul udah besar. Hehe” kata si ipul dengan tersenyum.
Dijaga ya, itu kenang-kenangan bapak waktu masih kuliyah dulu” kata pak hasan
.“ siap pak, ipul pasti jaga sepatu bapak sampai ipul besar nanti” kata ipul
meyakinkan pak hasan. “ship..jangan sampai di terlantarin ya” kata pak hasan.
“Siaap...” ipul menjawab dengan penuh keyakinan.Ipul pun pulang kekamar dengan
berlari kegirangan tak sabar untuk mengabarkan pada teman-tema karibnya.Melihat
sepatu yang iya kenakan selama ini sebenarnya sudah tak pantas lagi untuk
dipakai, karena saat dipakai jempol kaki ipul Nampak seperti anak tupai yang
keluar dari sarang. Begitulah kesederhanaan si ipul, meski begitu, iya tak pernah mengeluh pada siapapun,
karena baginya dengan hidup yang
sederhana dapat menjauhkan diri dari kesombongan, keangkuhan dan bisa menjadi
dirinya sendiri. “Rama,,ilham,,Mahmud,,dimana kalian? Ipul mencari-cari
teman-temanya. “wiih, ada yang dapet sepatu baru tuh..”ujar si amin nipos dan
kawan-kawan. Tanpa menjawab si ipul pergi dari hadapan mereka. Rencana-rencan
jail mulai tersusun difikiran si amin nipos, tiyan, dan royan. Saat semua santri
tertidur lelap, amin nipos, tiyan, dan royan keluar kamar dengan izin ke kamar
mandi, tiada satupun santri yang mengetahui ulah nipos dan kawan-kawan, dengan perlahan
mereka menuju kamar si ipul untuk mengambil sepatu ipul yang baru sehari
diserahkan padanya. “kreeek….” Bunyi pintu kamar al muhajrin terbuka.
“ssssht..pelan-pelan royan, nanti ada yang bangun” kata nipos mengingatkan
royan. Terlihat disamping lemari ipul sepatu yang akan mereka ambil. “ nah ini
dia yang kita cari.. kita kerjain si ipul, kita gantung sepatunya ditiang
bendera…gimana? ”.kata si nipos pada teman-temanya. “ ide bagus tuh..” jawab si
tiyan menyetujui. Mereka akhirnya berhasil keluar kamar dengan membawa sepatu
milik ipul pemberian dari pak hasan. Mereka mengikatkan sepatu ipul ketali
bendera dan mengereknya keatas, “ayo, cepet tarik…jangan sampai ada yang
tahukita disini..” kata nipos dengan khawatir. Tiba- tiba keluar salah seorang
santri dari kamar al muhajirin yang ternyata si Mahmud yang hendak kekamar
mandi. “ssshhht, awas ada orang “ nipos dan kawan-kawan bertiarap. Mereka pun
melanjutkan misi buruk mereka setelah melihat keadaan lebih aman. “wooy..kalian
ngapain??” Tanya si Mahmud dengan setengah sadar. “mmm..lagi latihan
paskibara..”jawab si royan sambil tertawa kecil. “owhh…semangat semangat.” Kata
si Mahmud dengan setengah sadar dai rasa kantuknya. Amin nipos dan kawan-kawan
pun tertawa setelah si Mahmud kembali masuk kamar. Merekapun akhirnya pulang
kekamar, sesampainya dikamar, ia melihat ada seseorang yang duduk tepat
bersandar di tiang depan kamar mereka. Mereka pun berhenti sejenak, mencoba
untuk mengenali wajah seorang yang duduk didepan kamar mereka. Orang itu
mengenakan jaket hitam, berkalung surban, memakai sarung kotak-kotak, “sekilas
seperti pak firman ya..” kata nipos pada teman-temanya. Iya, sepertiya pak
firman loh..” kata tiyan dengan khawatir. “tenang-tenang kita samperin aja
kesana” dengan bijak nipos menyimpulkan.Sampainya didepan kamar ternyata benar
pak firman sudah menunggu kedatangan mereka. “sudah selesai latihanya..? Tanya
pak firman dengan tenang.Mereka diam terpaku dicampur rasa takut.“sekarang
kalian ambil lagi barang yang kalian ikat di tiang bendera, itu bukan hak
kalian.” Kata pak firman menasihati mereka.Mereka pun melaksanakan hukuman yang di berikan pak firman malam itu. “lagi latihan paskibra ya ”Mahmud mengejek nipos
dan kawan-kawan dibalik jendela kamar al muhajirin bersama ipul, rama, dan
ilham. Tanpa disadari Mahmud
ternyata mengetahui gerak-gerik nipos dan kawan-kawan saat masuk kamar
al-muhajirin, karena pada waktu itu ia tidak bisa tidur. Setelah mengetahui
nipos dan kawan-kawan keluar iya berpura-pura kekemar mandi untuk menuju ke
kamar ustadz, melaporkan niat jail nipos dan kawan-kawan. setelah tahu mereka
kembali kekamar dan bertemu pak firman mahmud membangunkan teman-temanya.
“sepatu siapa ini yang kalian ambil?” tanya pak firman sedikit marah. “mmm..anu
pak” nipos takut untuk menjawab. “kok anu..bapak tanya ini sepatu siapa?” pak
firman kembali menekan nipos dan kawan-kawan. “ini sepatu ipul yang dikasih pak
hasan dua hari yang lalu pak ” nipos berterus terang. “ sekarang kamu panggil
ipul kesini” perintah pak firman dengan sedikit marah. Tiyan pun bergegas
memanggil ipul. “baik pak..ada yang bisa saya bantu?” tanya si ipul. “apa benar
ini sepatumu pul?” tanya pak firman memastikan. “apa benar ini pemberian pak
hasan dua hari yang lalu? Tanya pak hasan memastikan. “benar pak itu pemberian
dari pak hasan dua hari yang lalu.” Malam ini nipos telah berprilaku jail
kepadamu, ia ingin mengikat sepatumu ditiang bendera, bukan begitu nipos? Ujar
pak firman. “ benar pak..” jawab si nipos dengan jujur. “ sekarang kamu meminta
maaf pada si ipul” perintah pak firman kepada nipos. “ maaafkan saya pul saya
mengaku salah” nipos meminta maaaf. “ iya saya maaafkan” ujar si ipul kepada si
nipos. Hal itu diikuti oleh kedua temanya tiyan, dan royan. Merekapun pulang kekamar
masing-masing untuk beristirahat malam. Bulan dan bintang pun menjadi lampu
tidur para santri pada malam itu. Sampai tiba waktu sepertiga malam, para
santri terbangun dikala orang-orang masih tertidur lelap, santri harus
berperang melawan rasa dingin, kantuk
dan rasa malas. Demi berlomba-lomba mencari ridho sang maha kuasa. Pak
hasan pun memimpin sholat tahajut malam itu. “ada yang belum datang kemasjid?
Tanya pak hasan pada para santri. “ pul..sepertinya anak kamar kita ada yang
gak ada deh...” kata ilham sambil menggigil kedinginan. “yang bener..kayaknya
udah semua kok” jawab ipul setengah tidur..”sholat tahajud pun dimulai, sembari
menunggu waktu subuh para santri meramaikan masjid dengan bacaan qur’an,
berbagai macam nadzhom, hafalan-hafalan. Dan lafadz tarkhim menyambut masuknya
waktu adzan. Seperti biasanya adzan maghrib dan adzan subuh selalu mahmud yang
bertugas akan tetapi saat itu terlihat berbeda, mahmud sama sekali tidak
terlihat didalam masjid. Disitulah ipul dan teman-teman sekamarnya sadar bahwa
yang tidak ada pada saat sholat tahajud adalah si mahmud. Ramadhani sebagai
ketua kamar pun mencari keberadaan si mahmud. Sementara adzan subuh digantikan
oleh santri yang lain, karena melihat si mahmud belum juga di temukan. Setelah rangkaian sholat
subuh selesai, ipul mengajak teman-teman
dan seluruh santri untuk mencari keberadaan si mahmud.
“mahmuuud...mahmuuud...mahmuuud..”suara santri bersautan mencari si mahmud.
Mereka mencari mulai dari kamar, belakang kamar, kamar mandi. Akan tetapi belum
juga ipul ditemukan.” Kalian dari habis subuh sampai sekarang belum nemuin
mahmud?” kata pak amir bagian sarana prasarana sambil membawa sabun dan
handuk,terlihat hendak mandi. “ udah nanti juga pulang sendiri..” ujar pak amir
dengan yakin. Para santripun pulang kekamar masing-masing dan bersiap-siap
untuk berangkat ke madrasah. “wadoooh..kok gak ada air.” Pak amir marah-marah.
“mati lampu pak.jadi jetpumnya gak bisa dialirin.” Jawab salah seorang santri
yang ada disekitar kamar mandi. “owalah...halah...” pak amir marah-marah.
Dengan hanya memakai handuk, dan rambut masih dipenuhi busa, pak amir menuju
mesin genset. “ tadi waktu masih tidur aja lampunya hidup, pas lagi mandi malah
mati lampu..duh gustii..gusti.”pak amir menggerutu sambil membuka pintu ruang
gengset . “ kadal sarungaaaan...mahmud
dikamar gengset..” pak amir berteriak kaget. Secara spontan mahmud terbangun
dari tidur karena kaget juga. “duh,
mahmud..sampeyan ngapain disini? Tanya pak amir sambil tertawa. “ anu
pak, anuu...” si mahmud gugup menjawabnya. “anu, anu, kenapa??, jangan jangan
kamu mendzolimi mesin gengsetku ya.?” Kata Pak amir sambil tertawa. “wah enggak
pak, tadi malem kan ngantri kamar mandinya, trus pintu kamar gengset ini terbuka
jadi sambil nunggu antrean ya..mahmud tidur dulu.” Jawab si mahmud. “owalah,
yasudah sekarang kamu siap siap mandi dan sekolah” kata pak amir. “oke, pak” si
mahmud merasa aman. “ tapi nanti dulu, kamu belum sholat subuh lo, sholat dulu
sana?! Perintah pak amir pada si mahmud. “astaghfirullahal ‘adzim...iya pak
saya belum sholat.”. ujar si mahmud sambil tergesa-gesa. mahmudpun bergegas
mengambil air wudhu dan sholat kemasjid, sedang santri-santri yang lain sedang
bersiap siap menuju madrasah. “hey mahmud kemana aja kamu kok barusan
keliatan?”tanya si ramadhani. “aduuh..panjang ceritanya aku mau ganti baju dulu
siap siap 15 menit lagi kita masuk kelas”.“teeeng...teeng..teeeng...” lonceng
kelas berbunyi sebagai tanda bahwa proses belajar mengajar telah dimulai, dan
tidak ada satupun santri yang berada diluar kelas. Seperti biasanya para santri
menunggu kedatangan ustadz dengan melafadzkan nadzom-nadzom kitap seperti
nahwu, tajwid, aqidatul awwam, dan masih banyak lagi. Terlihat disana
kakak-kakak kelas 3 madrasah ‘aliyah bersiap menuju kelas yang disinggahi ipul
dan kawan-kawan. “assalamualaikum warohmatullah wabarokaatuh” salam kakak ketua
osis. Waalaikum salam warohmatullah wabarokaatuh.” Jawab para santri. “baik adik adik, kakak dan teman-teman kakak
disini ingin mengingatkan kembali bahwasanya bulan depan kita akan melaksanakan
rutinitas kita yaitu lomba dakwah antar kelas dengan tema merawat tradisi dan
menyikapi arus globalisasi kami harap adik-adik dapat mempersiapkan perwakilan
kelasnya masing-masing. Secara bersamaan teman-teman satu kelas menengok ke
arah mahmud. “lah, lah, lah,..kenapa ini
kok pada nengok kearah saya” tanya si mahmud dengan wajah yang khawatir. “ baik
, untuk perwakilan kelas dapat kalian, tentukan dengan teman- teman kalian,
sebelum dan sesudahnya apabila ada kesalahan kakak mohon maaf, terimakasih atas
luang waktunya, kami akhiri “wassalamualaikum warohmatullah wabarokatuh”.
Seluruh jajaran osis meninggalkan tempat. Acara lomba dakwah antar kelas adalah
iven perlombaan pesantren yang dilaksanakan tiga bulan sekali, dimana santriwan
santriwati bergabung dalam satu perlombaan, menunjukan penampilan terbaiknya
untuk membawa nama kelasnya dan menjadi nilai plus bagi para walikelas.
Pesertanya dalam satu kelas terdiri dari satu santriwan dan satu santriwati
jadi bila dikumpulkan dari enam kelas maka
jumlah pesrta yang mengikuti lomba tersebut adalah dua belas peserta. “
nah sesuai perintah kakak pengurus osis kita disuruh untuk menyiapkan
perwakilan untuk kelas kita dalam perlombaan dakwah antar kelas bulan depan,
kira- kira menurut teman-teman semua siapa yang ingin mengajukan diri sebagai
wakil kelas kita?” ipul mengajak teman-temannya untuk bermusyawarah. Terlihat
semua teman-temanya diam tak ada satupun yang mengajukan diri. “baik, jika
tidak ada yang mengajukan diri, bagaimana jika saya memilih mahmud sebagai
perwakilan kelas kita..?” ipul meminta pendapat teman-temanya atas nama yang ia
ajukan. “setujuu...” jawab semua teman sekelas menyetujui nama yang ipul
ajukan. Terlihat wajah mahmud nampak berbeda. “ saya itu orangnya paling demam
panggung.” Ujar si mahmud mencoba untuk mengelak. , “langkah untuk memulai
memang berat tapi tenang mud... segala sesuatu itu mudah bila sudah
dikerjakani”. Ipul mencoba memberi keyakinan. Mulai dari hari itu suasana
pesantren semakin ramai, menyambut acara lomba dakwah antar kelas. Disudut
sudut tempat sudah mulai ramai santri- santri menghafal pidato yang akan mereka
bawakan, dilain tempat para santri berlatih yel-yel untuk memeriahkan
penampilan sang jagoan kelas yang mereka tunjuk masing- masing. Seiring
berjalanya waktu, persiapan demi persiapan pun benar-benar matangkan demi memperoleh
hasil yang maksimal.” Mud, bagaimana persiapanmu?” tanya pak hasan wali kelas
ipul dan kawan-kawan. “ insyaallah sudah delapan puluh lima persen pak” jawab
si mahmud. “ alhamdulillahkalau begitu, terus semangat , terus berusaha karena
sebesar apa usahamu maka sebesar itu pula keberhasilanmu” nasihat sekaligus
motivasi pak firman pada si mahmud.senin 26 januari 2014, seluruh santri bersuka ria, menyambut hari yang mereka
tunggu-tunggu, para santri ada yang berbusana
sarung dan koko berwarna putih, ada yang memakai busana kemeja, dasi, dan celana hitam ditambah sepatu pantopel ,
sesuai tema yang diberikan oleh kakak ketua osis yaitu merawat tradisi dan
menyikapi arus globalisasi, yang menyatukan unsur tradisi lama dan tradisi masa
kini. “eh, mahmud mahmud..kamu di panggil panitia diruang osis” ujar ipul
menyampaikan pesan panitia. “ waduh, kenapa.?” Mahmud terkaget. “gak papa,
mungkin mau di kasih pengarahan” kata si ipul. Si mahmud pun menghampiri ruang
osis memenuhi panggilan panitia. Gemuruh suara yel-yel, nyanyian, dan berbagai
penampilan pra acara pun mewarnai suasanaruang perlombaan sampai tiba saat para
peserta memasuki ruang perlombaan, suasana semakin ramai dengan suara para
seporter dari jagoan kelasnya masing-masing, ada yang berteriak, “zulfaaa....”
ada juga yang berteriak “ wahyuu.....” ada lagi yang berteriak “zidaan...” dan
yang paling keras teriakan para seporter dari kelas kami mereka serempak
berteriak “ mahmud, mahmud, mahmud, uuuyeeee....”. selama terhitung satu bulan
mereka mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba ini, inilah moment- moment yang
mereka jadikan bukti kesungguhan mereka dalam menghafal, melatih mental, dan
beradu skill. “sebelum kita mulai perlombaan ini saya mau tau dulu mana sih
pendukung dari zulfaa..” kata kakak panitia memancing para audiens..”pendukung
dari wahyuu..” nama tersebut sampai ke nama mahmud “ dan yang terkhir mana
suara dari pendukung mahmuud” ipul dan kawan-kawan pun bersorak-sorak yell-yell
seperti yang mereka lakukan saat latihan selama satu bulan. “ oke bila acara
sudah siap maka akan saya serahkan pada pembawa acara” kakak panitia
menyerahkan pada mc yang pada saat itu yang bertugas diambil dari kelas ipul
dan kawan-kawan yaitu kelas 2 mts. Acara
ini disaksikan langsung oleh pak kyai, ibu yai, dan seluruh dewan guru yang
hadir, sebagai juri maupun sebagai tamu undangan. “ kepada adik kami ramadhani, dan ilham, kami
persilahkan. Ramadhani, dan ilham memulai acara dengan mengucap salam
pembukaan, pembacaan kalam ilahi, sholawat, dan sampai penampilan para peserta.
“ baiklah untuk peserta yang pertama akan disampaikanoleh saudari kita
zulfaa..kepadanya kami persilahkan” zulfa adalah santriwati kelas dua madrasah
‘aliyah yang selalu mendapat juara dalam perlombaan dakwah antar kelas selama 4
tahun terakhir. Tema yang dibawakan zulfa kali ini adalah pemuda muslim yang
baik. Dengan lancar zulfa menyampaikan pidatonya, para audiens terbawa dalam
ruang kata-kata yang disampaikan zulfa dengan sangat lancar. Selain skillnya
dalam berdakwah sangat hebat, ia juga memiliki paras wajah yang cantik. Yang
menghipnotis para santriwan bila melihatnya. Penampilanya membuat para peserta
lain takut untuk tidak bisa lebih baik penampilanya daripadanya. “ haduuh..
kenapa harus mbak zulfa sih yang jadi peserta pertamapertama” ujar mahmud
cemas.banyak pelajaran yang dapat diambil dari pidato zulfa antaranya yaitu,
menjadi pemuda muslim yang baik itu tidak harus selalu berkopiyah, berkoko,
bersarung, akan tetapi seorang pemuda muslim yang baik itu mengikuti zaman
globalisasi dengan akhlaq dan ilmu nabi. “ itulah kawan-kawan pidato yang dapat
saya sampaikan bila ada yang salah saya mohon maaf kepada allah saya mohon
ampun akhirnya..wassalamualaikum warohmatullah wabarokatuh.” Zulfapun kembali
ke bangku peserta dengan tepuk tangan para audiens. Peserta demi peserta pun
telah selesai menyampaikan pidatonya, tibalah saatnya si mahmud menunjukan
performanya “ untuk peserta yang terakhir mari kita sambut saudara kita..
mahmud fajarudin” dengan meriah para audiens memberikan tepuk tangan. “
assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..” mahmud memberi salam kepada
audiens. Dengan penuh optimis dan
semangat mahmud membawakan pidatonya yang berjudul “syubbanul yaum rijalul ghot” yang berartikan pemuda saat ini adalah pemimpin hari esok. Dengan pasti ia menyampaikan kata- demi kata yang sudah ia susun dalam perlombaan ini, akan tetapi ia terlihat
seperti tidak biasanya, ia terlihat gugup dan panic di depan juri dan para
audiens, terlebih saat listrik mati ang membuat penerangan ruangan sedikit
redup, dan mikrofonya mati si ipul dan kawan kawan pun mencari cara agar si
Mahmud tetap tenang dan tidak demam panggung seperti apa yag ia sampaikan
sebelum tampil, si ipul dan kawan kawan akhirnya memiliki ide untuk mengambil
poster bung tomo yang ada diluar ruangan dan menunjuanya pada si Mahmud di
balik jendela ruang perlombaan yang berada tepat dibelakang juri. “
angkat..angkat..” kata si ipul pada si Mahmud untuk mengangkat suaranya seperti
yang dilakukan oleh bung tomo saat berpidato, akhirnya dalam ruangan yang
sedikit gelap, dan tanpa pengeras suara, Mahmud mengubah cara pidatonya menjadi
lebih menggebu- gebu. “ kawan- kawanku yang rahmati oleh allah, di atas pundak
kita masing – masing terdapat kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin.
Dan kepemimpinan itu akan dipertanggung jawabkan di sisi allah swt diakhirat
kelak. Oleh karena itu bangunkan jiwa- jiwa kita yang masih tertidur lelap,
kita pandang masa depan dengan penuh keyakinan”. Dengan nada yang menggugah
jiwa Mahmud menyampaikan pidatonya. Para dewan juri dan para audiens pun diam
terpaku, terkagum kagum melihat penamilan Mahmud yang sangat luar biasa. Pak
hasan pun berdiri mengawali para dewan juri dan seluruh audiens untuk memberi
tepuk tangan yang meriah. Ipul megakhiri pidatonya dengan hujan tepuk tangan
dewan juri dan ratusan santri yang ada di dalam ruang perlombaan tersebut. “
mahmuud…..luar biasa “ saut ipul dan kawan kawan menghampirinya di luar
ruangan. seluruh dewan juri memberi waktu utuk beristirahat, sembari menunggu
pembacaan pemenang. “mantaap..kamu persis bung tomo saat berpidato, logat
kejawaanmu hilang seetika” ujar si ilham dengan tertawa. “ hhh..itu juga berkat
dukungan kalian yang bisa buat saya tidak demam panggung tadi..” jawab si
Mahmud. Tibalah waktu pengumuman tiba, seluruh sntriwan dan santriwati kembali
meramaikan suasana dengan suara yell-yell dan sorakan-sorakan pada jagoan kelas
mereka masing- masing. “ baiklah sesuai dengan pertimbangan dan nilai seluruh
dewan juri, kami menyepakati bahwa nama- nama yang dibawah ini adalah peserta
dengan nilai tertinggi. Baiklah langsung saja..pemenang juara ke tiga dengan
skor nilai 5.250 di pegang oleh perwakilan kelas satu madrasah ‘aliyah yaitu
wahyu setiawan kami ucapkan selamat dan diharapkan untuk maju kedepan mengambil
hadiah yang sudah disiapkan panitia,” ujar pak hasan dengan meriah` “ dan
selanjutnya pemenang juara ke dua dengan skor nilai 7.340 diraih oleh
perwakilan kelas dua madrasah ‘aliyah yaitu zulfatun hasanah beri tepuk tangan
yang meriah.” Para audienspun tercengang setelah mendengar nama sang juara
bertahan bertengger diposisi kedua. “ dan sang juara pertama dalam acara lomba
dakwah antar kelas tahun ajaran 2014-2015 ini diraih oleh perwakilan kelas dua
mts yaitu Mahmud fajarudin, beri tepuk tangan yang meriaaaah…”seluruh santri
memberi tepuk tangan yang meriah dan
bersorak- sorak gembira merayakan kemenangan si Mahmud. Piala bergilir yang
selama 2 tahun si pegang oleh zulfa akhirnya bisa berpindah di tangan si
Mahmud. Pak hasan dan seluruh dewan guru mengajak santri kelas dua mts untuk
berfoto kenang- kenangan. “Tigaaa.. dua… satu, cekrek “ kakak ketua osis memoto
kami bersama dewan guru. Tahun demi tahun mereka melewati hari di pesanten,
yang penuh dengan warna- warna kehidupan yang indah, seindah pelangi yang menaungi pondok ini.
senin 5 november 2018 ipul membuka kembali kenangan masa-masa indahnya yang
tersimpan rapi dalam album foto santri yang ia bawa ke universitas yang
disinggahinya sekarang. Al azhar kairo mesir adalah kampus yang disinggahinya
sekarang, universitas islam terbesar didunia. Banyak sekali dari kalangan
santri yang melanjutkan jenjang pendidikanya ke universitas ini. “ ya
beein..bi’timal eih? Tanya seorang dosen yang bertemu dengan si ipul. “ andzuru
shurota, ya syeikh..” jawab si ipul dengan tersenyum. Mereka mulai berbincang-
bincang dengan akrab seperti seorang ayah dan anak. Kini kerinduan yang menyelimuti tali persahabatan mereka. “ bapak
himbau bagi seluruh santri untuk berbaris perkelas masing- masing, jangan sampai
berpisah dengan teman- temanya tanpa izin pembimbing.” Ujar si ilham yang kini
menjadi pendamping pak kyai yang sudah sepuh dalam mendidik delapan ratus
santri aktif di pesantrenya. Ada pula diantara mereka yang kini terhempas jauh
kesebarang benua untuk menggali ilmu-ilmu allah yang tersimpan pada para ulama yang
tersebar di seluruh dunia.
Oxford
university adalah universitas terbesar di amerika serikat yang kini menjadi
tempat ramadhani menggali ilmu allah, Memandang jauh kearah cahaya senja yang
kian menghilang, ramadhani merasa terjun dalam kenangan terhempas ombak
kerinduan, mengingat masa kecilnya dipesantren. Terlebih pada keempat kawanya
yang terpisah jauh di sebrang samudra. Sejenak ia berfikir untuk menghubungi
teman- temanya yang ada di tanah air. “ halo, benar ini dengan Mahmud” Tanya
ramadhani pada si Mahmud. “ oh, iya benar dengan saya sendiri, ada pesanan kue
yang akan kami antar pak?” jawab si Mahmud terlupa dengan suara rama. “ iya pak
saya pesen kue keju sepuluh porsi, tolong antar
kesini ya pak” ujar si rama dengan jail. “ baik, bisa ditulis alamatnya
pak” Tanya si Mahmud. “ baik pak, tolong kirim kuenya ke unversitas oxford
amerika serikat ya…” ujar si rama dengan jail. “ weleh-weleh di amerika,? Ini
dengan siapa ya? Tanya si ipul penasaran. “ nama saya ramadhani, alumni dari
pondok pesantren minhajul huda angkatan kedua puluh. Yang dulu sekelas dengan
anda…” rama menjelaskan. “ owalah..ini rama tema saya yang paling pendiam
sedunia..hahaha.” Mahmud mengeeluarkan ekspresi rindu. “iya kawan, kau
Nampaknya jadi beli kang eko untuk berjualan dirumahmu.hhh” ujar si rama megingat percakapan mereka
beberapa tahun silam.” Hhh..bisa saja kau ini..alhamdulillah sekarang saya
diberi kesanggupan oleh allah untuk buat perusahaan roti dirumah.” Jawab si
Mahmud. Perbincangan mereka melepaskan cengkraman rindu yang sekian tahun
berpisah. “ kak saiful, namamu ada di pengumuman kelulusan mahasiswa al azhar.”
Ujar seorang teman ipul yang juga kuliah disana. “ wallahi, saya
lulus..allahuakbar..alhamdulillah ya allah..saya bisa pulang ketanah air” ipul
bersujud syukur atas keberhasilanya menyelesaikan jenjang S1 di al azhar.
Kejadian serupa terjadi pada rama yang sudah menunggu-nunggu pengumuman
kelulusanya di oxford university. “may your knowledge be usefull in your life,
sir.” Ujar seorang teman yang juga belajardisana. “ the one important, I wanna
go home to my country, sir” jawab si rama dengan tersenyum bahagia. Sepulangnya
ipul dan rama ketanah air, mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan alumni
angkatan ke dua puluh, dipesantren tercinta. Semua alumni hadir di acara
tersebut mereka tak lupa untuk menemui pak kyai yang mendidik mereka mulai dari nol hingga
sekarang, mereka berkumpul dan
berbincang- bincang tentang masa lalu mereka di pesantren. “ oh, iya sepertinya
ada yang belum hadir deh…” ujar si ilham mencari si Mahmud.
“assalamualaikum….maaf bapak- bapak pesananya agak sedikit terlambat saya macet
dijalan…hhh” Mahmud datang membawa dua puluh ranjang berbagai jenis rasa roti
yang ia buat. “ subhanallahh..pak Mahmud sang juara lomba dakwah antar kelas
datang juga akhirnya…..” ujar si ipul meramaikan suasana. Kebahagiaan pun kini
menjadi obat dari sekian lama cengkraman kerinduan diantara mereka, Nampak pula
teman mereka amin nipos, tiyan dan royan yang kini menjalankan usahanya di café
santri dekat dengan pondok pesantren yang ia tempati sekarang ini. Dari sini
kita dapat mengambil hikmah bahwa tiada kenikmatan yang dicapai kecuali setelah
kesusahan dalam menikmati proses belajar dan proses kehidupan baik kini, dan
nanti.
….Sekian….
Mantapppp
ReplyDeleteMasok pak ekooo
ReplyDeleteBagus cak.... Cuman kurang gambar....😉😉😉😉
ReplyDeleteMantulll,, masya Allah sukses ya hi.
ReplyDeleteMohon doa kawan kawan semua..suara kalian membuka peluang kami...
ReplyDeleteMantap...siiip dah...
ReplyDeleteMantap
ReplyDeleteKeren,cuma harus di liat lagi harus sesuaikan dengan EYD
ReplyDeleteSiip kang... joz...
ReplyDeleteSae..siippp jos
ReplyDeleteOk2....
ReplyDeleteNjeh,,,,
Doane pastiii
Aku gag kuat mocone...
ReplyDeleteGoodyear. .
ReplyDelete