Monday, November 5, 2018

Santri diatas pelangi



Santri diatas Pelangi

by: imam mukhlasun
Gambar terkait
tetesan air hujan membasahi ratusan sandal yang tersusun di depan masjid tempat para santri bangun dan memenuhi kewajiban seorang hamba pada penciptanya, sebelum mentari terbit mereka sudah meramaikan masjid dengan bacaan-bacaan qur’an, nadzom-nadzom, dan berbagai hafalan- hafalan yang mereka setorkan pada pak kyai, dan para dewan asatidz yang mereka harapkan barokah ilmunya. Pagi itu terlihat seakan- akan mentari hendak memotret para santri yang sudah siap berangkat ke madrasah, ada yang mengenakan seragam hitam putih dilengkapi kopiyah hitam, sepatu dan dasi. Mereka Nampak tampan dan menawan, terlebih saat mereka berbaris ketika hendak berdoa berjamaah sebelum berangkat belajar. "hey..ayo semuanya 10 menit lagi lonceng berbunyi, jangan sampai kita terlambat" ajak ipul pada teman temanya untuk bersiap siap. David saiful anam adalah nama lengkapnya, santri paling aktif dipesantren, ia terlahir dari orang tua berprofesi petani, anak kecil  yang sederhana, memiliki loyalitas yang tinggi,. Walaupun ia tidak sepintar teman-teman sekelasnya ia sama sekali tidak malu untuk bertanya bila ada materi yang tidak ia ketahui. Terlihat disana para guru yang sedang menunggu kedatangan para santri, mereka menyambut para santridengan senyuman yang sangat kharismatik dan membuat para santri selalu ingin berangkat lebih awal dari santri-santri yang lain. “Teeng…teeeng….teeng…” lonceng kelas sudah dibunyikan para santri tiada lagi yang terlihat diluar kelas, suara doa dan beragam nadzhom-nadzhom kitab seperti kitab jurumiyah, ‘imriti, dan alfiyah pun bergemuruh menyelimuti suasana madrasah sembari menunggu kedatangan para guru yang hendak memberikan ilmunya.  “Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh” dengan senyum pak hasan memberi salam kepada para santri yang sangat menghormati dan  mengagumi beliau, beliau adalah santri yang mampu menyelesaikan jenjang pendidikanya di universitas al azhar kairo mesir, universitas islam terbesar didunia.selain tutur kata beliau yang baik, beliau juga sosok yang selalu memberi tauladan yang baik bagi para santri. Semua santri sangat khidmad ketika beliau menerangkan materi sejarah kebudayaan islam,dan ipul adalah salah satu santri yang sangat di sukai para guru dan terlebih pak hasan guru sejarah kebudayaan islam, guru demi guru mengajarkan materinya masing-masing,sampai  tiba pukul 15:00 waktu para santri pulang ke asrama, biasanya ipul pulang selalu bersama dengan tiga sahabatnya, yaitu ramadhani, Mahmud, dan ilham. Kekompakan dan kesolidaritasan mereka laksana tim hero dalam film the fantastic four, mereka tidak pernah menyakiti satu sama lain, walaupun perbedaan pendapat pasti hadir ditengah-tengah mereka. Sehari sudah mereka melaksanakan kegiatan pesantren, sampai tiba saat sinar mentari mulai melambaikan cahayanya dibalik gedung dan pepohonan pesantren tercinta, suara adzan maghrib yang merdu nan syahdu dikumandangkan oleh Mahmud yang  seakan-akan merangkul jiwa para santri , seluruh santri diimami oleh pak kyai melaksanakan sholat maghrib berjamaah menghadap sang maha agung, tiada lagi santri miskin dan kaya, lemah dan kuat, semua sama saat kening mereka bersujud di atas bumi. Bacaan surah yasin, Lafadz dzikir dan do’amereka panjatkan, di tutup dengan lantunan asmaul husna yang mereka bacakan dengan serempak.Setelah selesai rangkaian ibadah sholat maghrib, para santri dengan rapi keluar dari masjid. “loh, mud sandalku kemana ya?” Tanya ipul pada Mahmud. “loh, sandalku juga gak ada” saut ilham kebingungan. “wah jangan-jangan ulah si nipos lagi nih” jawab si ilham dengan yakin. Amin nipos adalah teman sekelas ipul di madrasah, orangnya jail dan suka mengganggu temanya. “hey, itu sandal kalian di pohon nangka” kata si amin nipos sambil meledek mereka. Terlihat dipohon nangka benar-benar sandal ipul dan ilham terikat  tepat dibuah nangka yang masih tergantung. Begitulah ulah jail si amin nipos pada ipul dan kawan-kawan, biasanya si amin tidak sendirian ia ditemani dua orang temanya yaitu tiyan, dan royan yang selalu membuat rencana-rencana jail pada ipul.Seluruh kegiatan pesantren telah usai, tiba waktu para santri untuk beristirahat dan menyiapkan diri untuk kegiatan dikeesokan harinya.Hari demi hari, minggu demi minggu, mereka lewati dengan senang hati. Seperti biasa, waktu hari libur tiba  ipul, rama, Mahmud, dan ilham berkumpul digubuk kecil pesantren yang biasa digunakan untuk kegiatan syawir kakak kelas mereka, “ hey ada pelangi..” ujar si ipul. “oh, iya indah sekali pelangi itu kemana arahnya ya ? Tanya si ilham. “kalau menurutku itu kearah amerika” jawab si rama. Bukan itu kearah barad, mugkin itu kearah mesir.” Jawab si ipul. “ ahh.. bukan itu kearah rumah saya..hhh” si Mahmud membuat teman- temanya tertawa. “oh iya..ilham, kelak kalau kamu udah besar kamu mau jadi apa? Tanya si ipul, “mau jadi seperti pak amir, yang bisa jalan-jalan terus sama pak kyai ke tempat pengajian, pertemuan para kyai, walaupun Cuma jadi sopir pak kyai yang penting bisa deket pak kyai” jawab ilham dengan penuh harap. “mantap,kalau kamu rama?”Tanya si ipul.”kalau aku mau jadi seperti pak  firman, yang setiap hari bertugas didepan computer, bikin surat-surat, mendisain banner, dan banyaklah pokoknya” jawab si rama dengan yakin. “keren, trus kalau kamu mud” Tanya si ipul sambil menahan tawa. “mmm..kalau aku pengen jadi kayak bapak, yang giat bekerja dan bisa cari uang yang buuanyak, bisa buat beli es, roti, nabati, susu, krupuk, lanting, dan sekalian penjualnya kang eko biar bisa jualan dirumahku ”jawab si Mahmud dengan penuh keyakinan. Hujan tawa pun banjir ditengah-tengah mereka. “oh iya, kalau kamu sendiri pul?” Tanya si ilham. “kalau aku mau jadi kaya pak hasan, bisa sekolah keluar negri, mengajar di sekolah- sekolah, dan jadi orang yang bermanfaat bila sudah besar nanti.” Amiiin..”jawab mereka kompak. “ kalau begitu, kita catat impian kita hari ini di atas pelangi yang indah itu, yakin bahwa kita bisa menggapainya di suatu hari nanti.”  Kata si ipul memotivasi teman- temanya. Hari hari mereka lewati bersama dengan penuh warna.suatu ketika pak hasan memanggil ipul ke kamar asatidzuntuk memberi sesuatu  karena kebaikan dan kepatuhanya selama belajar .“assalamualaikum..” ipul menyapa para asatidz yang ada didalam kamar. “oh, kamu ditunggu pak hasan di belakang beliau sedang menyemir sepatu” tunjuk pak firman kearah belakang. Bergegas ipul menuju kearah pak hasan berada. “maaf pak hasan, apa bapak manggil saya?” Tanya si ipul. “oh, iya saya manggil kamu, mm..lihat sepatu ini kayak baru lagi ya..”ujar pak hasan. “iya pak, seperti baru dibuka dari kotak” kata si ipul. “ ini bapak beli di sebrang samudra sana” kata pak hasan dengan tersenyum kecil. “haa..dimana pak ? dijawa, dikalimantan, di bali atau…”. “dikairo mesir” sabung pak hasan sambil tersenyum. “dikairo pak!?...serius” Tanya si ipul penasaran.”iya, bapak membelinya saat masih kuliyah disana” jawab pak hasan. “wahh, gimana rasanya kuliyah disana pak” Tanya ipul penasaran. “ kelak kamu sendiri yang menjawabnya.” Jawab pak hasan dengan santai.“sepatu ini sudah gak muat lagi dengan bapak, jika kamu mau ambilah sepatu ini” pak hasan memberikan sepatunya pada ipul. “ini beneran pak, serius, gak mimpi..alhamdulillaahhh…” ujar si ipul dengan melompat-lompat kegirangan. “di coba dulu ipul, siapa tahu gak pas” kata pak hasan. Ipul pun mencoba sepatu barunya dengan senang hati “lah, kebesaran pak, besar banget” kata si ipul. “nah kan bener, hehehe.” Kata pak hasan sambil tertawa. “tapi gak papa pak, nanti makeknya kalau ipul udah besar. Hehe” kata si ipul dengan tersenyum. Dijaga ya, itu kenang-kenangan bapak waktu masih kuliyah dulu” kata pak hasan .“ siap pak, ipul pasti jaga sepatu bapak sampai ipul besar nanti” kata ipul meyakinkan pak hasan. “ship..jangan sampai di terlantarin ya” kata pak hasan. “Siaap...” ipul menjawab dengan penuh keyakinan.Ipul pun pulang kekamar dengan berlari kegirangan tak sabar untuk mengabarkan pada teman-tema karibnya.Melihat sepatu yang iya kenakan selama ini sebenarnya sudah tak pantas lagi untuk dipakai, karena saat dipakai jempol kaki ipul Nampak seperti anak tupai yang keluar dari sarang. Begitulah kesederhanaan si ipul, meski begitu, iya tak pernah mengeluh pada siapapun, karena baginya dengan hidup  yang sederhana dapat menjauhkan diri dari kesombongan, keangkuhan dan bisa menjadi dirinya sendiri. “Rama,,ilham,,Mahmud,,dimana kalian? Ipul mencari-cari teman-temanya. “wiih, ada yang dapet sepatu baru tuh..”ujar si amin nipos dan kawan-kawan. Tanpa menjawab si ipul pergi dari hadapan mereka. Rencana-rencan jail mulai tersusun difikiran si amin nipos, tiyan, dan royan. Saat semua santri tertidur lelap, amin nipos, tiyan, dan royan keluar kamar dengan izin ke kamar mandi, tiada satupun santri yang mengetahui ulah nipos dan kawan-kawan, dengan perlahan mereka menuju kamar si ipul untuk mengambil sepatu ipul yang baru sehari diserahkan padanya. “kreeek….” Bunyi pintu kamar al muhajrin terbuka. “ssssht..pelan-pelan royan, nanti ada yang bangun” kata nipos mengingatkan royan. Terlihat disamping lemari ipul sepatu yang akan mereka ambil. “ nah ini dia yang kita cari.. kita kerjain si ipul, kita gantung sepatunya ditiang bendera…gimana? ”.kata si nipos pada teman-temanya. “ ide bagus tuh..” jawab si tiyan menyetujui. Mereka akhirnya berhasil keluar kamar dengan membawa sepatu milik ipul pemberian dari pak hasan. Mereka mengikatkan sepatu ipul ketali bendera dan mengereknya keatas, “ayo, cepet tarik…jangan sampai ada yang tahukita disini..” kata nipos dengan khawatir. Tiba- tiba keluar salah seorang santri dari kamar al muhajirin yang ternyata si Mahmud yang hendak kekamar mandi. “ssshhht, awas ada orang “ nipos dan kawan-kawan bertiarap. Mereka pun melanjutkan misi buruk mereka setelah melihat keadaan lebih aman. “wooy..kalian ngapain??” Tanya si Mahmud dengan setengah sadar. “mmm..lagi latihan paskibara..”jawab si royan sambil tertawa kecil. “owhh…semangat semangat.” Kata si Mahmud dengan setengah sadar dai rasa kantuknya. Amin nipos dan kawan-kawan pun tertawa setelah si Mahmud kembali masuk kamar. Merekapun akhirnya pulang kekamar, sesampainya dikamar, ia melihat ada seseorang yang duduk tepat bersandar di tiang depan kamar mereka. Mereka pun berhenti sejenak, mencoba untuk mengenali wajah seorang yang duduk didepan kamar mereka. Orang itu mengenakan jaket hitam, berkalung surban, memakai sarung kotak-kotak, “sekilas seperti pak firman ya..” kata nipos pada teman-temanya. Iya, sepertiya pak firman loh..” kata tiyan dengan khawatir. “tenang-tenang kita samperin aja kesana” dengan bijak nipos menyimpulkan.Sampainya didepan kamar ternyata benar pak firman sudah menunggu kedatangan mereka. “sudah selesai latihanya..? Tanya pak firman dengan tenang.Mereka diam terpaku dicampur rasa takut.“sekarang kalian ambil lagi barang yang kalian ikat di tiang bendera, itu bukan hak kalian.” Kata pak firman menasihati mereka.Mereka pun melaksanakan hukuman yang di berikan pak firman malam itu. “lagi  latihan paskibra ya ”Mahmud mengejek nipos dan kawan-kawan dibalik jendela kamar al muhajirin bersama ipul, rama, dan ilham. Tanpa disadari Mahmud ternyata mengetahui gerak-gerik nipos dan kawan-kawan saat masuk kamar al-muhajirin, karena pada waktu itu ia tidak bisa tidur. Setelah mengetahui nipos dan kawan-kawan keluar iya berpura-pura kekemar mandi untuk menuju ke kamar ustadz, melaporkan niat jail nipos dan kawan-kawan. setelah tahu mereka kembali kekamar dan bertemu pak firman mahmud membangunkan teman-temanya. “sepatu siapa ini yang kalian ambil?” tanya pak firman sedikit marah. “mmm..anu pak” nipos takut untuk menjawab. “kok anu..bapak tanya ini sepatu siapa?” pak firman kembali menekan nipos dan kawan-kawan. “ini sepatu ipul yang dikasih pak hasan dua hari yang lalu pak ” nipos berterus terang. “ sekarang kamu panggil ipul kesini” perintah pak firman dengan sedikit marah. Tiyan pun bergegas memanggil ipul. “baik pak..ada yang bisa saya bantu?” tanya si ipul. “apa benar ini sepatumu pul?” tanya pak firman memastikan. “apa benar ini pemberian pak hasan dua hari yang lalu? Tanya pak hasan memastikan. “benar pak itu pemberian dari pak hasan dua hari yang lalu.” Malam ini nipos telah berprilaku jail kepadamu, ia ingin mengikat sepatumu ditiang bendera, bukan begitu nipos? Ujar pak firman. “ benar pak..” jawab si nipos dengan jujur. “ sekarang kamu meminta maaf pada si ipul” perintah pak firman kepada nipos. “ maaafkan saya pul saya mengaku salah” nipos meminta maaaf. “ iya saya maaafkan” ujar si ipul kepada si nipos. Hal itu diikuti oleh kedua temanya tiyan, dan royan. Merekapun pulang kekamar masing-masing untuk beristirahat malam. Bulan dan bintang pun menjadi lampu tidur para santri pada malam itu. Sampai tiba waktu sepertiga malam, para santri terbangun dikala orang-orang masih tertidur lelap, santri harus berperang melawan rasa dingin, kantuk  dan rasa malas. Demi berlomba-lomba mencari ridho sang maha kuasa. Pak hasan pun memimpin sholat tahajut malam itu. “ada yang belum datang kemasjid? Tanya pak hasan pada para santri. “ pul..sepertinya anak kamar kita ada yang gak ada deh...” kata ilham sambil menggigil kedinginan. “yang bener..kayaknya udah semua kok” jawab ipul setengah tidur..”sholat tahajud pun dimulai, sembari menunggu waktu subuh para santri meramaikan masjid dengan bacaan qur’an, berbagai macam nadzhom, hafalan-hafalan. Dan lafadz tarkhim menyambut masuknya waktu adzan. Seperti biasanya adzan maghrib dan adzan subuh selalu mahmud yang bertugas akan tetapi saat itu terlihat berbeda, mahmud sama sekali tidak terlihat didalam masjid. Disitulah ipul dan teman-teman sekamarnya sadar bahwa yang tidak ada pada saat sholat tahajud adalah si mahmud. Ramadhani sebagai ketua kamar pun mencari keberadaan si mahmud. Sementara adzan subuh digantikan oleh santri yang lain, karena melihat si mahmud belum  juga di temukan. Setelah rangkaian sholat subuh selesai,  ipul mengajak teman-teman dan seluruh santri untuk mencari keberadaan si mahmud. “mahmuuud...mahmuuud...mahmuuud..”suara santri bersautan mencari si mahmud. Mereka mencari mulai dari kamar, belakang kamar, kamar mandi. Akan tetapi belum juga ipul ditemukan.” Kalian dari habis subuh sampai sekarang belum nemuin mahmud?” kata pak amir bagian sarana prasarana sambil membawa sabun dan handuk,terlihat hendak mandi. “ udah nanti juga pulang sendiri..” ujar pak amir dengan yakin. Para santripun pulang kekamar masing-masing dan bersiap-siap untuk berangkat ke madrasah. “wadoooh..kok gak ada air.” Pak amir marah-marah. “mati lampu pak.jadi jetpumnya gak bisa dialirin.” Jawab salah seorang santri yang ada disekitar kamar mandi. “owalah...halah...” pak amir marah-marah. Dengan hanya memakai handuk, dan rambut masih dipenuhi busa, pak amir menuju mesin genset. “ tadi waktu masih tidur aja lampunya hidup, pas lagi mandi malah mati lampu..duh gustii..gusti.”pak amir menggerutu sambil membuka pintu ruang gengset . “  kadal sarungaaaan...mahmud dikamar gengset..” pak amir berteriak kaget. Secara spontan mahmud terbangun dari tidur karena kaget juga. “duh,  mahmud..sampeyan ngapain disini? Tanya pak amir sambil tertawa. “ anu pak, anuu...” si mahmud gugup menjawabnya. “anu, anu, kenapa??, jangan jangan kamu mendzolimi mesin gengsetku ya.?” Kata Pak amir sambil tertawa. “wah enggak pak, tadi malem kan ngantri kamar mandinya, trus pintu kamar gengset ini terbuka jadi sambil nunggu antrean ya..mahmud tidur dulu.” Jawab si mahmud. “owalah, yasudah sekarang kamu siap siap mandi dan sekolah” kata pak amir. “oke, pak” si mahmud merasa aman. “ tapi nanti dulu, kamu belum sholat subuh lo, sholat dulu sana?! Perintah pak amir pada si mahmud. “astaghfirullahal ‘adzim...iya pak saya belum sholat.”. ujar si mahmud sambil tergesa-gesa. mahmudpun bergegas mengambil air wudhu dan sholat kemasjid, sedang santri-santri yang lain sedang bersiap siap menuju madrasah. “hey mahmud kemana aja kamu kok barusan keliatan?”tanya si ramadhani. “aduuh..panjang ceritanya aku mau ganti baju dulu siap siap 15 menit lagi kita masuk kelas”.“teeeng...teeng..teeeng...” lonceng kelas berbunyi sebagai tanda bahwa proses belajar mengajar telah dimulai, dan tidak ada satupun santri yang berada diluar kelas. Seperti biasanya para santri menunggu kedatangan ustadz dengan melafadzkan nadzom-nadzom kitap seperti nahwu, tajwid, aqidatul awwam, dan masih banyak lagi. Terlihat disana kakak-kakak kelas 3 madrasah ‘aliyah bersiap menuju kelas yang disinggahi ipul dan kawan-kawan. “assalamualaikum warohmatullah wabarokaatuh” salam kakak ketua osis. Waalaikum salam warohmatullah wabarokaatuh.” Jawab para santri.  “baik adik adik, kakak dan teman-teman kakak disini ingin mengingatkan kembali bahwasanya bulan depan kita akan melaksanakan rutinitas kita yaitu lomba dakwah antar kelas dengan tema merawat tradisi dan menyikapi arus globalisasi kami harap adik-adik dapat mempersiapkan perwakilan kelasnya masing-masing. Secara bersamaan teman-teman satu kelas menengok ke arah mahmud.  “lah, lah, lah,..kenapa ini kok pada nengok kearah saya” tanya si mahmud dengan wajah yang khawatir. “ baik , untuk perwakilan kelas dapat kalian, tentukan dengan teman- teman kalian, sebelum dan sesudahnya apabila ada kesalahan kakak mohon maaf, terimakasih atas luang waktunya, kami akhiri “wassalamualaikum warohmatullah wabarokatuh”. Seluruh jajaran osis meninggalkan tempat. Acara lomba dakwah antar kelas adalah iven perlombaan pesantren yang dilaksanakan tiga bulan sekali, dimana santriwan santriwati bergabung dalam satu perlombaan, menunjukan penampilan terbaiknya untuk membawa nama kelasnya dan menjadi nilai plus bagi para walikelas. Pesertanya dalam satu kelas terdiri dari satu santriwan dan satu santriwati jadi bila dikumpulkan dari enam kelas maka  jumlah pesrta yang mengikuti lomba tersebut adalah dua belas peserta. “ nah sesuai perintah kakak pengurus osis kita disuruh untuk menyiapkan perwakilan untuk kelas kita dalam perlombaan dakwah antar kelas bulan depan, kira- kira menurut teman-teman semua siapa yang ingin mengajukan diri sebagai wakil kelas kita?” ipul mengajak teman-temannya untuk bermusyawarah. Terlihat semua teman-temanya diam tak ada satupun yang mengajukan diri. “baik, jika tidak ada yang mengajukan diri, bagaimana jika saya memilih mahmud sebagai perwakilan kelas kita..?” ipul meminta pendapat teman-temanya atas nama yang ia ajukan. “setujuu...” jawab semua teman sekelas menyetujui nama yang ipul ajukan. Terlihat wajah mahmud nampak berbeda. “ saya itu orangnya paling demam panggung.” Ujar si mahmud mencoba untuk mengelak. , “langkah untuk memulai memang berat tapi tenang mud... segala sesuatu itu mudah bila sudah dikerjakani”. Ipul mencoba memberi keyakinan. Mulai dari hari itu suasana pesantren semakin ramai, menyambut acara lomba dakwah antar kelas. Disudut sudut tempat sudah mulai ramai santri- santri menghafal pidato yang akan mereka bawakan, dilain tempat para santri berlatih yel-yel untuk memeriahkan penampilan sang jagoan kelas yang mereka tunjuk masing- masing. Seiring berjalanya waktu, persiapan demi persiapan pun benar-benar matangkan demi memperoleh hasil yang maksimal.” Mud, bagaimana persiapanmu?” tanya pak hasan wali kelas ipul dan kawan-kawan. “ insyaallah sudah delapan puluh lima persen pak” jawab si mahmud. “ alhamdulillahkalau begitu, terus semangat , terus berusaha karena sebesar apa usahamu maka sebesar itu pula keberhasilanmu” nasihat sekaligus motivasi pak firman pada si mahmud.senin 26 januari 2014, seluruh santri  bersuka ria, menyambut hari yang mereka tunggu-tunggu, para santri  ada yang berbusana sarung dan koko berwarna putih, ada yang memakai busana kemeja, dasi,  dan celana hitam ditambah sepatu pantopel , sesuai tema yang diberikan oleh kakak ketua osis yaitu merawat tradisi dan menyikapi arus globalisasi, yang menyatukan unsur tradisi lama dan tradisi masa kini. “eh, mahmud mahmud..kamu di panggil panitia diruang osis” ujar ipul menyampaikan pesan panitia. “ waduh, kenapa.?” Mahmud terkaget. “gak papa, mungkin mau di kasih pengarahan” kata si ipul. Si mahmud pun menghampiri ruang osis memenuhi panggilan panitia. Gemuruh suara yel-yel, nyanyian, dan berbagai penampilan pra acara pun mewarnai suasanaruang perlombaan sampai tiba saat para peserta memasuki ruang perlombaan, suasana semakin ramai dengan suara para seporter dari jagoan kelasnya masing-masing, ada yang berteriak, “zulfaaa....” ada juga yang berteriak “ wahyuu.....” ada lagi yang berteriak “zidaan...” dan yang paling keras teriakan para seporter dari kelas kami mereka serempak berteriak “ mahmud, mahmud, mahmud, uuuyeeee....”. selama terhitung satu bulan mereka mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba ini, inilah moment- moment yang mereka jadikan bukti kesungguhan mereka dalam menghafal, melatih mental, dan beradu skill. “sebelum kita mulai perlombaan ini saya mau tau dulu mana sih pendukung dari zulfaa..” kata kakak panitia memancing para audiens..”pendukung dari wahyuu..” nama tersebut sampai ke nama mahmud “ dan yang terkhir mana suara dari pendukung mahmuud” ipul dan kawan-kawan pun bersorak-sorak yell-yell seperti yang mereka lakukan saat latihan selama satu bulan. “ oke bila acara sudah siap maka akan saya serahkan pada pembawa acara” kakak panitia menyerahkan pada mc yang pada saat itu yang bertugas diambil dari kelas ipul dan kawan-kawan yaitu kelas  2 mts. Acara ini disaksikan langsung oleh pak kyai, ibu yai, dan seluruh dewan guru yang hadir, sebagai juri maupun sebagai tamu undangan.  “ kepada adik kami ramadhani, dan ilham, kami persilahkan. Ramadhani, dan ilham memulai acara dengan mengucap salam pembukaan, pembacaan kalam ilahi, sholawat, dan sampai penampilan para peserta. “ baiklah untuk peserta yang pertama akan disampaikanoleh saudari kita zulfaa..kepadanya kami persilahkan” zulfa adalah santriwati kelas dua madrasah ‘aliyah yang selalu mendapat juara dalam perlombaan dakwah antar kelas selama 4 tahun terakhir. Tema yang dibawakan zulfa kali ini adalah pemuda muslim yang baik. Dengan lancar zulfa menyampaikan pidatonya, para audiens terbawa dalam ruang kata-kata yang disampaikan zulfa dengan sangat lancar. Selain skillnya dalam berdakwah sangat hebat, ia juga memiliki paras wajah yang cantik. Yang menghipnotis para santriwan bila melihatnya. Penampilanya membuat para peserta lain takut untuk tidak bisa lebih baik penampilanya daripadanya. “ haduuh.. kenapa harus mbak zulfa sih yang jadi peserta pertamapertama” ujar mahmud cemas.banyak pelajaran yang dapat diambil dari pidato zulfa antaranya yaitu, menjadi pemuda muslim yang baik itu tidak harus selalu berkopiyah, berkoko, bersarung, akan tetapi seorang pemuda muslim yang baik itu mengikuti zaman globalisasi dengan akhlaq dan ilmu nabi. “ itulah kawan-kawan pidato yang dapat saya sampaikan bila ada yang salah saya mohon maaf kepada allah saya mohon ampun akhirnya..wassalamualaikum warohmatullah wabarokatuh.” Zulfapun kembali ke bangku peserta dengan tepuk tangan para audiens. Peserta demi peserta pun telah selesai menyampaikan pidatonya, tibalah saatnya si mahmud menunjukan performanya “ untuk peserta yang terakhir mari kita sambut saudara kita.. mahmud fajarudin” dengan meriah para audiens memberikan tepuk tangan. “ assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..” mahmud memberi salam kepada audiens. Dengan penuh optimis  dan semangat mahmud membawakan pidatonya yang berjudul “syubbanul yaum  rijalul ghot” yang berartikan pemuda saat ini adalah pemimpin hari esok. Dengan pasti ia menyampaikan kata- demi kata yang  sudah ia susun  dalam perlombaan ini, akan tetapi ia terlihat seperti tidak biasanya, ia terlihat gugup dan panic di depan juri dan para audiens, terlebih saat listrik mati ang membuat penerangan ruangan sedikit redup, dan mikrofonya mati si ipul dan kawan kawan pun mencari cara agar si Mahmud tetap tenang dan tidak demam panggung seperti apa yag ia sampaikan sebelum tampil, si ipul dan kawan kawan akhirnya memiliki ide untuk mengambil poster bung tomo yang ada diluar ruangan dan menunjuanya pada si Mahmud di balik jendela ruang perlombaan yang berada tepat dibelakang juri. “ angkat..angkat..” kata si ipul pada si Mahmud untuk mengangkat suaranya seperti yang dilakukan oleh bung tomo saat berpidato, akhirnya dalam ruangan yang sedikit gelap, dan tanpa pengeras suara, Mahmud mengubah cara pidatonya menjadi lebih menggebu- gebu. “ kawan- kawanku yang rahmati oleh allah, di atas pundak kita masing – masing terdapat kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Dan kepemimpinan itu akan dipertanggung jawabkan di sisi allah swt diakhirat kelak. Oleh karena itu bangunkan jiwa- jiwa kita yang masih tertidur lelap, kita pandang masa depan dengan penuh keyakinan”. Dengan nada yang menggugah jiwa Mahmud menyampaikan pidatonya. Para dewan juri dan para audiens pun diam terpaku, terkagum kagum melihat penamilan Mahmud yang sangat luar biasa. Pak hasan pun berdiri mengawali para dewan juri dan seluruh audiens untuk memberi tepuk tangan yang meriah. Ipul megakhiri pidatonya dengan hujan tepuk tangan dewan juri dan ratusan santri yang ada di dalam ruang perlombaan tersebut. “ mahmuud…..luar biasa “ saut ipul dan kawan kawan menghampirinya di luar ruangan. seluruh dewan juri memberi waktu utuk beristirahat, sembari menunggu pembacaan pemenang. “mantaap..kamu persis bung tomo saat berpidato, logat kejawaanmu hilang seetika” ujar si ilham dengan tertawa. “ hhh..itu juga berkat dukungan kalian yang bisa buat saya tidak demam panggung tadi..” jawab si Mahmud. Tibalah waktu pengumuman tiba, seluruh sntriwan dan santriwati kembali meramaikan suasana dengan suara yell-yell dan sorakan-sorakan pada jagoan kelas mereka masing- masing. “ baiklah sesuai dengan pertimbangan dan nilai seluruh dewan juri, kami menyepakati bahwa nama- nama yang dibawah ini adalah peserta dengan nilai tertinggi. Baiklah langsung saja..pemenang juara ke tiga dengan skor nilai 5.250 di pegang oleh perwakilan kelas satu madrasah ‘aliyah yaitu wahyu setiawan kami ucapkan selamat dan diharapkan untuk maju kedepan mengambil hadiah yang sudah disiapkan panitia,” ujar pak hasan dengan meriah` “ dan selanjutnya pemenang juara ke dua dengan skor nilai 7.340 diraih oleh perwakilan kelas dua madrasah ‘aliyah yaitu zulfatun hasanah beri tepuk tangan yang meriah.” Para audienspun tercengang setelah mendengar nama sang juara bertahan bertengger diposisi kedua. “ dan sang juara pertama dalam acara lomba dakwah antar kelas tahun ajaran 2014-2015 ini diraih oleh perwakilan kelas dua mts yaitu Mahmud fajarudin, beri tepuk tangan yang meriaaaah…”seluruh santri memberi tepuk tangan  yang meriah dan bersorak- sorak gembira merayakan kemenangan si Mahmud. Piala bergilir yang selama 2 tahun si pegang oleh zulfa akhirnya bisa berpindah di tangan si Mahmud. Pak hasan dan seluruh dewan guru mengajak santri kelas dua mts untuk berfoto kenang- kenangan. “Tigaaa.. dua… satu, cekrek “ kakak ketua osis memoto kami bersama dewan guru. Tahun demi tahun mereka melewati hari di pesanten, yang penuh dengan warna- warna kehidupan yang indah,  seindah pelangi yang menaungi pondok ini. 
Hasil gambar untuk al azhar mesir universitysenin 5 november 2018 ipul membuka kembali kenangan masa-masa indahnya yang tersimpan rapi dalam album foto santri yang ia bawa ke universitas yang disinggahinya sekarang. Al azhar kairo mesir adalah kampus yang disinggahinya sekarang, universitas islam terbesar didunia. Banyak sekali dari kalangan santri yang melanjutkan jenjang pendidikanya ke universitas ini. “ ya beein..bi’timal eih? Tanya seorang dosen yang bertemu dengan si ipul. “ andzuru shurota, ya syeikh..” jawab si ipul dengan tersenyum. Mereka mulai berbincang- bincang dengan akrab seperti seorang ayah dan anak. Kini kerinduan yang  menyelimuti tali persahabatan mereka. “ bapak himbau bagi seluruh santri untuk berbaris perkelas masing- masing, jangan sampai berpisah dengan teman- temanya tanpa izin pembimbing.” Ujar si ilham yang kini menjadi pendamping pak kyai yang sudah sepuh dalam mendidik delapan ratus santri aktif di pesantrenya. Ada pula diantara mereka yang kini terhempas jauh kesebarang benua untuk menggali ilmu-ilmu allah yang tersimpan pada para ulama yang tersebar di seluruh dunia. 
 Hasil gambar untuk oxford university  Oxford university adalah universitas terbesar di amerika serikat yang kini menjadi tempat ramadhani menggali ilmu allah, Memandang jauh kearah cahaya senja yang kian menghilang, ramadhani merasa terjun dalam kenangan terhempas ombak kerinduan, mengingat masa kecilnya dipesantren. Terlebih pada keempat kawanya yang terpisah jauh di sebrang samudra. Sejenak ia berfikir untuk menghubungi teman- temanya yang ada di tanah air. “ halo, benar ini dengan Mahmud” Tanya ramadhani pada si Mahmud. “ oh, iya benar dengan saya sendiri, ada pesanan kue yang akan kami antar pak?” jawab si Mahmud terlupa dengan suara rama. “ iya pak saya pesen kue keju sepuluh porsi, tolong antar  kesini ya pak” ujar si rama dengan jail. “ baik, bisa ditulis alamatnya pak” Tanya si Mahmud. “ baik pak, tolong kirim kuenya ke unversitas oxford amerika serikat ya…” ujar si rama dengan jail. “ weleh-weleh di amerika,? Ini dengan siapa ya? Tanya si ipul penasaran. “ nama saya ramadhani, alumni dari pondok pesantren minhajul huda angkatan kedua puluh. Yang dulu sekelas dengan anda…” rama menjelaskan. “ owalah..ini rama tema saya yang paling pendiam sedunia..hahaha.” Mahmud mengeeluarkan ekspresi rindu. “iya kawan, kau Nampaknya jadi beli kang eko untuk berjualan dirumahmu.hhh”  ujar si rama megingat percakapan mereka beberapa tahun silam.” Hhh..bisa saja kau ini..alhamdulillah sekarang saya diberi kesanggupan oleh allah untuk buat perusahaan roti dirumah.” Jawab si Mahmud. Perbincangan mereka melepaskan cengkraman rindu yang sekian tahun berpisah. “ kak saiful, namamu ada di pengumuman kelulusan mahasiswa al azhar.” Ujar seorang teman ipul yang juga kuliah disana. “ wallahi, saya lulus..allahuakbar..alhamdulillah ya allah..saya bisa pulang ketanah air” ipul bersujud syukur atas keberhasilanya menyelesaikan jenjang S1 di al azhar. Kejadian serupa terjadi pada rama yang sudah menunggu-nunggu pengumuman kelulusanya di oxford university. “may your knowledge be usefull in your life, sir.” Ujar seorang teman yang juga belajardisana. “ the one important, I wanna go home to my country, sir” jawab si rama dengan tersenyum bahagia. Sepulangnya ipul dan rama ketanah air, mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan alumni angkatan ke dua puluh, dipesantren tercinta. Semua alumni hadir di acara tersebut mereka tak lupa untuk menemui pak kyai yang mendidik mereka mulai dari nol hingga sekarang, mereka berkumpul  dan berbincang- bincang tentang masa lalu mereka di pesantren. “ oh, iya sepertinya ada yang belum hadir deh…” ujar si ilham mencari si Mahmud. “assalamualaikum….maaf bapak- bapak pesananya agak sedikit terlambat saya macet dijalan…hhh” Mahmud datang membawa dua puluh ranjang berbagai jenis rasa roti yang ia buat. “ subhanallahh..pak Mahmud sang juara lomba dakwah antar kelas datang juga akhirnya…..” ujar si ipul meramaikan suasana. Kebahagiaan pun kini menjadi obat dari sekian lama cengkraman kerinduan diantara mereka, Nampak pula teman mereka amin nipos, tiyan dan royan yang kini menjalankan usahanya di café santri dekat dengan pondok pesantren yang ia tempati sekarang ini. Dari sini kita dapat mengambil hikmah bahwa tiada kenikmatan yang dicapai kecuali setelah kesusahan dalam menikmati proses belajar dan proses kehidupan baik kini, dan nanti.
….Sekian….







13 comments:

berkomentarlah secara bijak
,sesuai pembahasan topik